Pemikiran
itu terus menerus ku tanamkan dalam pikiranku. Setiap ada acara jangka panjang
atau pendek, selalu ku tanamkan pikiran itu. Kadang aku berfikir apa ku pernah benar-benar
berada disana. Mengikuti suatu kegiatan, dipertemukan orang-orang baru adalah
kebahagiaan tersendiri bagiku. Bagi seseorang yang benar-benar terbiasa dalam
kotak kesendirian sepertiku bertemu orang-orang baru dan merasakan kedekatan
yang luar biasa dalam waktu sehari atau seminggu bukanlah hal yang mudah. Sendiri
di dalam keramaian toh masih terasa, namun semua terhapus ketika semua orang
dalam satu waktu bisa menciptakan suasana kebersamaan yang tidak bisa
tergantikan.
Teman
atau sahabat adalah kata yang memiliki ruang khusus sendiri dalam memori dan
hati. Bagiku, mereka adalah hal terpenting dari setiap langkahku menjalani
hidup. Lalu apakah mereka benar-benar ada? Jujur saja, ketika aku mendaftar
sebuah kegiatan atau organisasi yang ingin aku temukan adalah teman baru.
Sebagai seseorang yang selalu bersembunyi dalam kotaknya sendiri menghasilkan
sebuah kedekatan dalam waktu yang singkat adalah hal yang sangat susah. Butuh
waktu 6 bulan, setahun, bahkan bertahun-tahun untuk percaya terhadap seseorang.
Aku
adalah seseorang yang biasa saja, bukan seseorang yg penuh segudang prestasi,
mengikuti organisasi ini dan itu, aktivis, atau hal-hal yang membanggakan
seperti itu. Aku bahkan menjadi sesuatu yang tidak terlihat ketika berada
bersama-sama mereka. Tapi selama acara aku masih menegakkan kepalaku dan
berkata pada diriku sendiri bahwa mereka menyadariku.
Kata
kebanyakan orang, persahabatan itu ada ketika kamu selalu bersama di saat
senang maupun susah. Kata para pemimpin, kita butuh persatuan untuk bergerak
dan melakukan perubahan. Lalu dimana letak persahabatan dan persatuan itu?
Aku
ingin menjelaskannya lewat suatu contoh, anggap saja ketika aku ikut suatu tour
bersama sebuah kelompok. Kami harus bersama-sama dalam kelompok dalam waktu
yang lama untuk melakukan perjalanan. Kami berasal dari berbeda-beda tempat,
berbeda latar, berbeda watak, berbeda dari segala sisi. Bagiku ini hal yang
baru dan menyenangkan, tidak tahu bagi mereka. Bagiku kebersamaan ini harus
selalu dijaga selamanya, tidak tahu bagi mereka. Selama tour kami saling
menjaga satu sama lain, tertawa bersama, sedih bersama, berbagi bersama, segala
hal bersama, kami sudah seperti keluarga yang tidak bisa dipisahkan. Ketika
tour berakhir, aku seperti kehilangan kotak dalam diriku, entah bagaimana
mereka. Satu hari, dua hari, tiga hari, kami masih berkomunikasi, masih tentang
hal yang sama, kejadian-kejadian selama tour. Hari-hari selanjutnya menjadi
sangat kaku dan terkesan dipaksakan untuk informal, namun aku tetap senang
mereka tetap menyapa satu sama lain.
Hari
berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, semakin lama
semakin sunyi, tak ada kabar berita. Sesekali ada yang menyatakan rindu, tapi
entah untuk siapa. Aku kembali dalam sendiri. Aku kehilangan mereka, kehilangan
segala hal yang terbentuk selama bersama mereka. Inspirasi-inspirasi yg dulu
mereka berikan menguap entah kemana. Mungkin jika para peserta tour itu tinggal
saling berdekatan, mereka tetap saling menyapa atau mungkin tidak, aku tak
tahu. Lalu dimana letak persahabatan itu?
Aku
kadang berpikir iseng, apa jadinya bila dalam suatu acara, pesertanya tak mau
dan tak bisa melebur satu sama lain. Panitia mungkin akan bingung dan berusaha
keras agar satu sama lain bisa bersatu dalam acara tersebut. Apa kebersamaan
dalam suatu acara itu hanya seremonial belaka yang harus dijaga agar acara
tetap berjalan sampai akhir? Setelah acara selesai semua bubar tanpa bekas. Aku
sering dengar, mereka bilang kita harus ikut acara ini acara itu agar mendapat
link yang luas. Aku bahkan tidak peduli dengan kata itu. Link? Apa itu link?
Sesuatu yang kamu gunakan hanya saat dibutuhkan dan ketika tak kamu butuhkan
kamu mendiamkannya saja? Bukankah itu suatu hal yang buruk?
Bagiku
teman atau sahabat adalah hal terpenting yang menemani perjalanan hidupku.
Bagiku meskipun kami harus terpisah jarak dan waktu, tak ada kata untuk
berpisah. Mungkin aku terlalu kekanak-kanakan untuk meminta semua orang harus
selalu bersama. Aku bahkan menghapus kata “pisah” dari kamus hidupku. Tak
pernah ada perpisahan, yang ada hanyalah sedikit jeda dan kami akan bersatu
kembali. Sampai saat ini, aku masih mengingat semua teman-teman dekatku, tentu
saja semua orang yang memberikan bekas dan buka hanya menumpang lewat, melewati
hari bersama, namun tak ada arti apa-apa. Apa bagusnya menghabiskan waktu
bersama namun tak menghasilkan apa-apa. Aku masih merindukan mereka, aku masih
berharap bisa bersama-sama mereka, atau berkomunikasi sebentar saja mungkin
cukup.
Aku
keseringan menelfon seorang teman lama sampai kebablasan pulsa. Dalam telfon
itu kami tak tahu harus membahas apa-apa, semua terlalu biasa jika harus
menanyakan kegiatan sehari-hari, bahkan setelah menanyakan segala hal masih ada
yang terasa kurang Momen diam adalah hal yang paling mengharukan, berfikir
masing-masing dalam diri sendiri meskipun tidak saling bertemu namun seperti menatap
satu sama lain. Ini bukan cinta tapi persahabatan. Sesuatu yang hilang adalah
pertemuan, namun bagiku tak pernah ada alasan untuk jarak dan waktu. Ketika
bertemu kembali tak perlu ada rasa jaim, kaku, atau malu, semuanya sama seperti
saat dulu bertemu, meski semuanya telah berubah yang tetap bagiku hanya aku dan
kamu, aku dan kita semua.
Bagiku persahabatan adalah segala-galanya.
Mengenal sisi baik dan sisi buruk satu sama lain, bukannya saling memanfaatkan,
membantu satu sama lain tanpa merasa terbebani, jika kamu masih merasa
terbebani mungkin dia bukan sahabatmu. Aku memang membedakan kata teman dan
sahabat. Teman adalah orang yang dekat tapi belum bisa untuk menyentuh hal
terdalam dalam diriku, namun sahabat mengerti setiap keputusan dan tahu kapan dia
harus bertindak. Aku menyayangi teman-temanku dan mencintai sahabatku. Dua hal
yang berbeda di kotak yang juga tak terlalu sama.
Wahai
para calon pemimpin yang aku kenal, kalian bilang kita butuh persatuan untuk
mengubah negara ini, kalian bilang kita harus bergerak bersama agar negara ini
bisa bangkit, lalu jika semua itu tercapai apa yang akan kita lakukan? Bukankah
kita harus menjaganya dengan baik atau kita terlena dengan kemenangan itu dan
persatuan itu bubar begitu saja? Aku terlalu sering melihat hal itu terjadi, bersama saat
meraih dan kehilangan saat tercapai.
Ini
hanyalah pemikiranku saja. Pemikiran dari seseorang yang hidup dalam kotak
kecil bernama kesepian dan kesendirian. Pemikiran dari seseorang yang membenci
kata perpisahan. Pemikiran dari seseorang yang jika berada ditengah-tengah
orang besar tak akan disadari jika ia menghilang. Aku pun tak yakin tulisan ini
akan terbaca di tengah usaha semua orang untuk bersatu. Aku katakan “Bersatu
itu tidak mudah, namun menjaga persatuan itu lebih rumit lagi.”
Karena
aku benci berpisah, maka maafkan aku jika aku menyinggung perasaanmu. Aku hanya
ingin menyatakan apa yang ada dalam pikiranku. Namun jika itu tak sejalan
denganmu, aku minta maaf. Mungkin kita tak berada di jalan yang sama, aku bisa
saja berusaha untuk selalu sama dengan jalanmu, tapi itulah kesia-siaan bagiku.
Kebenaran itu tak selalu disukai orang lain, namun aku tak tahu aku berada di
jalan yang mana. Aku selalu berharap aku mengatakan hal yang benar dan kau
menyadarinya. Sekali lagi maafkan aku jika pemikiranku ini melenceng jauh dari
batas. Tolong sadarkan aku, bagaimana seharusnya aku memandang dunia ini.
Dari dalam kotak terkecil dari yang terkecil,
Seseorang yang hilang dalam keramaian
Komentar
Posting Komentar