Persahabatan atau Seremonial

         
“Sepertinya baru sepuluh hari aku berpisah dengan mereka, namun ku lihat grup itu tak lagi ramai. Kemana mereka? Mungkin mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.”
            Pemikiran itu terus menerus ku tanamkan dalam pikiranku. Setiap ada acara jangka panjang atau pendek, selalu ku tanamkan pikiran itu. Kadang aku berfikir apa ku pernah benar-benar berada disana. Mengikuti suatu kegiatan, dipertemukan orang-orang baru adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Bagi seseorang yang benar-benar terbiasa dalam kotak kesendirian sepertiku bertemu orang-orang baru dan merasakan kedekatan yang luar biasa dalam waktu sehari atau seminggu bukanlah hal yang mudah. Sendiri di dalam keramaian toh masih terasa, namun semua terhapus ketika semua orang dalam satu waktu bisa menciptakan suasana kebersamaan yang tidak bisa tergantikan.
            Teman atau sahabat adalah kata yang memiliki ruang khusus sendiri dalam memori dan hati. Bagiku, mereka adalah hal terpenting dari setiap langkahku menjalani hidup. Lalu apakah mereka benar-benar ada? Jujur saja, ketika aku mendaftar sebuah kegiatan atau organisasi yang ingin aku temukan adalah teman baru. Sebagai seseorang yang selalu bersembunyi dalam kotaknya sendiri menghasilkan sebuah kedekatan dalam waktu yang singkat adalah hal yang sangat susah. Butuh waktu 6 bulan, setahun, bahkan bertahun-tahun untuk percaya terhadap seseorang.
            Aku adalah seseorang yang biasa saja, bukan seseorang yg penuh segudang prestasi, mengikuti organisasi ini dan itu, aktivis, atau hal-hal yang membanggakan seperti itu. Aku bahkan menjadi sesuatu yang tidak terlihat ketika berada bersama-sama mereka. Tapi selama acara aku masih menegakkan kepalaku dan berkata pada diriku sendiri bahwa mereka menyadariku.
            Kata kebanyakan orang, persahabatan itu ada ketika kamu selalu bersama di saat senang maupun susah. Kata para pemimpin, kita butuh persatuan untuk bergerak dan melakukan perubahan. Lalu dimana letak persahabatan dan persatuan itu?
            Aku ingin menjelaskannya lewat suatu contoh, anggap saja ketika aku ikut suatu tour bersama sebuah kelompok. Kami harus bersama-sama dalam kelompok dalam waktu yang lama untuk melakukan perjalanan. Kami berasal dari berbeda-beda tempat, berbeda latar, berbeda watak, berbeda dari segala sisi. Bagiku ini hal yang baru dan menyenangkan, tidak tahu bagi mereka. Bagiku kebersamaan ini harus selalu dijaga selamanya, tidak tahu bagi mereka. Selama tour kami saling menjaga satu sama lain, tertawa bersama, sedih bersama, berbagi bersama, segala hal bersama, kami sudah seperti keluarga yang tidak bisa dipisahkan. Ketika tour berakhir, aku seperti kehilangan kotak dalam diriku, entah bagaimana mereka. Satu hari, dua hari, tiga hari, kami masih berkomunikasi, masih tentang hal yang sama, kejadian-kejadian selama tour. Hari-hari selanjutnya menjadi sangat kaku dan terkesan dipaksakan untuk informal, namun aku tetap senang mereka tetap menyapa satu sama lain.
            Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, semakin lama semakin sunyi, tak ada kabar berita. Sesekali ada yang menyatakan rindu, tapi entah untuk siapa. Aku kembali dalam sendiri. Aku kehilangan mereka, kehilangan segala hal yang terbentuk selama bersama mereka. Inspirasi-inspirasi yg dulu mereka berikan menguap entah kemana. Mungkin jika para peserta tour itu tinggal saling berdekatan, mereka tetap saling menyapa atau mungkin tidak, aku tak tahu. Lalu dimana letak persahabatan itu?
            Aku kadang berpikir iseng, apa jadinya bila dalam suatu acara, pesertanya tak mau dan tak bisa melebur satu sama lain. Panitia mungkin akan bingung dan berusaha keras agar satu sama lain bisa bersatu dalam acara tersebut. Apa kebersamaan dalam suatu acara itu hanya seremonial belaka yang harus dijaga agar acara tetap berjalan sampai akhir? Setelah acara selesai semua bubar tanpa bekas. Aku sering dengar, mereka bilang kita harus ikut acara ini acara itu agar mendapat link yang luas. Aku bahkan tidak peduli dengan kata itu. Link? Apa itu link? Sesuatu yang kamu gunakan hanya saat dibutuhkan dan ketika tak kamu butuhkan kamu mendiamkannya saja? Bukankah itu suatu hal yang buruk?
            Bagiku teman atau sahabat adalah hal terpenting yang menemani perjalanan hidupku. Bagiku meskipun kami harus terpisah jarak dan waktu, tak ada kata untuk berpisah. Mungkin aku terlalu kekanak-kanakan untuk meminta semua orang harus selalu bersama. Aku bahkan menghapus kata “pisah” dari kamus hidupku. Tak pernah ada perpisahan, yang ada hanyalah sedikit jeda dan kami akan bersatu kembali. Sampai saat ini, aku masih mengingat semua teman-teman dekatku, tentu saja semua orang yang memberikan bekas dan buka hanya menumpang lewat, melewati hari bersama, namun tak ada arti apa-apa. Apa bagusnya menghabiskan waktu bersama namun tak menghasilkan apa-apa. Aku masih merindukan mereka, aku masih berharap bisa bersama-sama mereka, atau berkomunikasi sebentar saja mungkin cukup.
            Aku keseringan menelfon seorang teman lama sampai kebablasan pulsa. Dalam telfon itu kami tak tahu harus membahas apa-apa, semua terlalu biasa jika harus menanyakan kegiatan sehari-hari, bahkan setelah menanyakan segala hal masih ada yang terasa kurang Momen diam adalah hal yang paling mengharukan, berfikir masing-masing dalam diri sendiri meskipun tidak saling bertemu namun seperti menatap satu sama lain. Ini bukan cinta tapi persahabatan. Sesuatu yang hilang adalah pertemuan, namun bagiku tak pernah ada alasan untuk jarak dan waktu. Ketika bertemu kembali tak perlu ada rasa jaim, kaku, atau malu, semuanya sama seperti saat dulu bertemu, meski semuanya telah berubah yang tetap bagiku hanya aku dan kamu, aku dan kita semua.
            Bagiku persahabatan adalah segala-galanya. Mengenal sisi baik dan sisi buruk satu sama lain, bukannya saling memanfaatkan, membantu satu sama lain tanpa merasa terbebani, jika kamu masih merasa terbebani mungkin dia bukan sahabatmu. Aku memang membedakan kata teman dan sahabat. Teman adalah orang yang dekat tapi belum bisa untuk menyentuh hal terdalam dalam diriku, namun sahabat mengerti setiap keputusan dan tahu kapan dia harus bertindak. Aku menyayangi teman-temanku dan mencintai sahabatku. Dua hal yang berbeda di kotak yang juga tak terlalu sama.
            Wahai para calon pemimpin yang aku kenal, kalian bilang kita butuh persatuan untuk mengubah negara ini, kalian bilang kita harus bergerak bersama agar negara ini bisa bangkit, lalu jika semua itu tercapai apa yang akan kita lakukan? Bukankah kita harus menjaganya dengan baik atau kita terlena dengan kemenangan itu dan persatuan itu bubar begitu saja? Aku terlalu sering melihat hal itu terjadi, bersama saat meraih dan kehilangan saat tercapai.
            Ini hanyalah pemikiranku saja. Pemikiran dari seseorang yang hidup dalam kotak kecil bernama kesepian dan kesendirian. Pemikiran dari seseorang yang membenci kata perpisahan. Pemikiran dari seseorang yang jika berada ditengah-tengah orang besar tak akan disadari jika ia menghilang. Aku pun tak yakin tulisan ini akan terbaca di tengah usaha semua orang untuk bersatu. Aku katakan “Bersatu itu tidak mudah, namun menjaga persatuan itu lebih rumit lagi.”
            Karena aku benci berpisah, maka maafkan aku jika aku menyinggung perasaanmu. Aku hanya ingin menyatakan apa yang ada dalam pikiranku. Namun jika itu tak sejalan denganmu, aku minta maaf. Mungkin kita tak berada di jalan yang sama, aku bisa saja berusaha untuk selalu sama dengan jalanmu, tapi itulah kesia-siaan bagiku. Kebenaran itu tak selalu disukai orang lain, namun aku tak tahu aku berada di jalan yang mana. Aku selalu berharap aku mengatakan hal yang benar dan kau menyadarinya. Sekali lagi maafkan aku jika pemikiranku ini melenceng jauh dari batas. Tolong sadarkan aku, bagaimana seharusnya aku memandang dunia ini.

Dari dalam kotak terkecil dari yang terkecil,



Seseorang yang hilang dalam keramaian

Komentar