Assalamu’alaikum
Halo semua…
Kali ini saya mau share pengalaman saya tentang menghadapi tes IELTS. Mumpung
masih fresh di ingatan saya karena tes-nya baru dilaksanakan kemarin, 06 Mei
2017.
Persiapan
menuju Tes IELTS
Poin ini sudah disiapkan jauh jauh
hari, kira-kira 1,5 tahun-an kalau nggak salah hitung. Hal ini dikarenakan saya
nggak pakai les preparation IELTS yang biayanya sama rata dengan tes IELTS itu
sendiri. Seperti yang sudah kamu temukan di blog-blog lainnya yang menceritakan
tentang perjalan menuju tes ielts-nya, saya belajar dari soal-soal Cambridge
IELTS 1-10. Kebanyakan sih saya lebih fokus ke Listening dan
Reading selama latihan, baru sekitar 2 bulan sebelum tes saya ‘’agak’’ fokus ke
writing dan speaking.
Selama latihan, jumlah jawaban yang
benar nggak pernah tembus 30 soal, biasanya range benarnya masih dalam 23-29
soal. Kalau menurut penjelasan Cambridge IELTS sih saya bisa dapat skor yang
diinginkan, tapi harus terus latihan. Untuk sekedar informasi, jumlah jawaban
yang benar versi saya itu band score-nya sekitar 5.5-6.5. Kalau listening sih
lebih kesusahan di section 4 sih karena conversation-nya yang panjang banget,
jadi harus benar-benar fokus. Kalau reading, lumayan enak sih, tergantung
passage yang diberikan, paling yang bikin bingun itu di bagian true, false, and
not given. Untuk writingnya, hmm karena
saya nggak terlalu latihan, menurut saya yang bikin susah itu bukan struktur
penulisannya, tapi topik soal yang diberikan. Hal ini baru saya sadari ketika
saya melakukan tes simulasi ielts untuk pertama kalinya di bulan Maret kemarin
untuk mengecek sudah berapa jauh band score saya. Ketika writing dilakukan,
saya kesusahan untuk menyampaikan pendapat saya karena saya kurang mengerti
atau tidak berpengalaman dengan topik yang diberikan. Kebetulan waktu itu saya
mendapat soal dari Cambridge IELTS 3 yang bagian test 1 yaitu tentang sepak
bola. Dikarenakan saya kurang minat dengan dunia persepakbolaan, jadi saya
lebih sering mengulang-ngulang kata. Hal ini tentu saja tidak efektif untuk
mendapatkan score writing yang baik. Untuk writing yang test 1, menurut saya
tidak terlalu sulit namun juga tidak terlalu mudah, tergantung test-taker
bagaimana mengolah data tersebut menjadi presentasi yang baik.
Untuk speaking, honestly saya nggak
pernah latihan, soalnya nggak punya sparing partner (kasihan ya). Saya baru
benar-benar speaking di hari-H test IELTS, sama EXAMINER-nya langsung (hehe).
By the way, saya hanya sekali melakukan tes simulasi IELTS, itupun karena
awalnya saya berencana untuk daftar tes di bulan April, tapi ternyata
pendaftarannya sudah tutup. Hasil tes simulasi saya yaitu L: 6,0; R: 6,5; W:
5,5 dengan band score overall 6,0.
Pendaftaran IELTS
Setelah melakukan latihan sekitar
setahun, akhirnya saya mulai mencari tempat tes IELTS di Kota Pekanbaru.
Setelah ngecek google sana sini, saya mendapatkan info bahwa ada 3 IELTS test centre yaitu Edlink Connex, Sun
Education, dan Fortrust. By the way, info tersebut saya dapatkan setelah
mengecek lokasi tes dari IDP dan IALF. Saya juga sudah mengecek lokasi tes dari
British Council, sayangnya tidak ada offsite tes centre yang ada di kota ini.
Akhirnya saya memilih Edlink Connex dengan pertimbangan jarak dan waktu. Sampai
sekarang saya tidak tahu dimana lokasi Sun Education dan Fortrust, soalnya agak
susah jika harus dicapai dengan transportasi busway.
Back to register, untuk dana tes
IELTS sebenarnya saya sudah berencana untuk memakai dana beasiswa saya di
semester akhir untuk mendaftar tes. Tapi ternyata karena saya lulus duluan,
jadi beasiswa untuk semester 8 ternyata ikutan di-stop (hiks hiks). Akhirnya dengan sangat terpaksa, saya kembali
meminta uang ke orang tua saya untuk membiayai tes IELTS saya. For information,
untuk Edlink Connex sebagai test partner-nya IDP, untuk tes IELTS dikenakan
biaya Rp.3.500.000. Buanyak banget kan ya? Jadi kalau kamu Cuma sekedar iseng
mau ikutan tes IELTS mikir-mikir dulu deh ya. Kecuali kamu anak orang kaya, yang
uangnya nggak bakal berkurang setelah ngeluarin uang dengan jumlah segitu.
Setelah mendaftarkan diri di waiting list untuk test-taker di bulan Mei,
akhirnya di akhir April saya memulai proses pendaftaran. Prosesnya cukup simple
kok, jadi hanya tinggal mengisi form application sama bawa fotocopy kartu
identitas, bisa KTP atau Paspor, dan jangan lupa untuk bayar biaya
pendaftarannya. Perlu diingat untuk mengisi form aplikasinya dengan hati-hati
karena itu akan menjadi informasi pada sertifikat IELTS kita nantinya dan kartu
identitas yang digunakan saat pendaftaran harus dibawa yang ASLI pada saat
hari-H. Well, registration process done.
HARI-H
Karena kota Pekanbaru lagi hobi
hujan lebat di pagi hari, saya sudah was was bahwa di hari-H bakalan hujan
juga. Terlebih lagi jarak rumah saya ke tempat tes cukup jauh sekitar 45 menit
dan jalan di tempat saya lumaya jelek dan sering banjir kalau lagi hujan lebat.
Fortunately, pas hari-H ternyata hujan turun juga akhirnya tapi berhubung mobil
baru tante saya sudah terpakir di depan rumah beberapa hari yang lalu, jadilah
saya diantar sampai ke depan halte busway (by the way saya naik angkot, bukan
busway-nya).
Dari rumah saya berangkat pukul
06.15 dan sampai di lokasi tes pukul 08.30 teng teng. Agak riskan sih
sebenarnya dan ini bukanlah contoh yang baik untuk test-taker lainnya. Informasi
yang diberikan kepada saya proses tes dimulai pada pukul 08.30 yang artinya
saya tidak boleh telat sama sekali. Fortunately again, OB-nya delink lagi sakit jadi pagar edlink
masih belum dibuka. Setelah menunggu sekitar 7 menit, akhirnya pagarnya dibuka
dan masalah kedua hadir. Gembok pintu edlink juga tidak bisa dibuka karena
salah satu kunci gembok ternyata masih ketinggalan di tangan OB yang sakit.
Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya semua peserta bisa masuk ke dalam
ruangan. Tapi lagi lagi kami harus menunggu sekitar 15 menit, karena panitia
masih mempersiapkan ruangan tes. Menurut saya, ini memang kurang professional (mungkin)
jika dibandingkan saya mengambil tempat tes di Jakarta. Tapi karena tujuan saya
hanya untuk tes, jadi saya ikhlaskan saja semua proses ini.
Kira-kira jam 08.20,
prosesnya dimulai. Kami satu persatu bergantian masuk kedalam ruangan
untuk melakukan sidik jari dan pengambilan foto. Hal yang lucu terjadi ketika
examinernya mencoba mencocokkan wajah peserta dengan kartu identitas, biasanya
yang pakai KTP awal-awalnya dibilang tidak mirip, ya iyalah itu foto diambil 4
tahun yang lalu (versi saya). Malah ada ibuk yang akhirnya harus meminta
anaknya mengantarkan paspornya karena dibilang tidak mirip dengan foto di
KTP-nya. Ternyata IELTS sangat menjunjung tinggi keamanan dalam tes. Hal ini
agar tidak terjadi kecurangan dalam pelaksanaan tes.
Pengalaman yang seruuu
BalasHapusIzin numpang lapak untuk menaruh informasi ya. Punya IPK 3.0, lulusan S-1 & dibawah 35 tahun? Kami menjamin anda untuk memperoleh IELTS 7.5 & mendapatkan beasiswa 100% diluar negeri. 3000+ alumni sejak 1996, kuliah di 4 benua. Untuk tes institusional IELTS gratis & info beasiswa: 0813 1663 4102