Ketika saya harus membaca bahan
kuliah untuk UAS, saya baru menyadari mengapa banyak orang-orang terutama di
Indonesia sangat malas untuk membaca. Sebagai seorang mahasiswa yang dituntut
untuk selalu mencari ilmu baik dari buku maupun sumber lainnya, membaca adalah
suatu faktor penting yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan belajar
seorang mahasiswa. Di negeri Indonesia tercinta ini, masih banyak masyarakat
yang buta huruf dan juga malas membaca. Ternyata hal ini disebabkan beberapa
faktor yang harusnya sudah dipahami oleh pemerintah sendiri. Sehingga budaya
membaca dapat diterapkan ditengah masyarakat Indonesia untuk mencerdakan
bangsa.
Dalam tulisan saya kali ini, saya
tidak akan membahas tentang buta huruf yang masih belum bisa diatasi oleh
pemerintah. Dari kesimpulan yang dapat saya ambil, minat baca dapat dihalangi
oleh hal-hal berikut ini :
1.
Cover
yang tidak menarik
Seringkali masyarakat sebelum
membaca suatu bacaan melihat penampilan luar dari sebuah buku. Hal ini wajar
karna penampilan luar memperlihatkan bagaimana isi materi didalam buku itu
sendiri. Walau terdapat pepatah yang mengatakan “Don’t judge book by the
cover”, namun tampaknya ini tetap tidak berlaku bagi masyarakat Indonesia.
Apalagi di toko-toko buku, mereka tidak dapat melihat langsung isi buku sebelum
membelinya. Hal ini membuat masyarakat harus melihat dulu covernya sehingga
tertarik membaca isinya.
Kesimpulannya : Buatlah cover buku
yang menarik
Berlaku untuk segala usia baik
anak-anak, remaja, mahasiswa, dewasa, dan lanjut usia
2.
Isi
buku
Apabila permasalahan pertama sudah
dapat diselesaikan, maka penghalang selanjutnya adalah isi buku. Tergantung
pembacanya, isi buku tentu saja bervariasi. Untuk mahasiswa misalnya, isi buku
haruslah sesuai dengan kurikulum atau tema yang dipelajari mahasiswa.
Setidaknya isi buku harus memenuhi apa yang telah ditawarkan pada cover buku.
Selain itu, penulisan didalam buku haruslah dapat menarik dan dapat dimengerti
pembacanya. Penggunaaan kata yang berbelit-belit tentu saja membuat pembaca
jenuh dalam memahami buku tersebut. Sehingga minat baca semakin menurun. Bisa
kita lihat bahwa anak-anak dan remaja lebih menyukai komik, novel dan majalah
daripada buku pelajaran. Ini disebabkan karena isi buku tidak dapat mereka
pahami tanpa penjelasan terlebih dahulu. Penulis buku juga harus dapat
memprediksi sasaran pembaca. Jika buku tentang astronomi dibuat untuk
mahasiswa, maka buatlah buku tersebut tidak hanya dapat dimengerti mahasiswa.
Penulis harus memperhatikan pembaca-pembaca lain diluar mahasiswa seperti pelajar
dan anak-anak. Hal ini bisa saja terjadi jika mereka memang menyukai hal-hal
yang berbau astronomi atau menjadikannya bahan referensi.
3.
Technical
Writing
Hambatan ini yaitu mengenai
bagaimana penyajian tulisan yang ada. Mulai dari betuk huruf, font yang dipakai,
gambar-gambar, tabel, dan hal-hal lain yang memang selalu ada didalam sebuah
buku. Salah satu alasan mengapa pelajar dan mahasiswa malas membaca adalah
karena tulisan yang terdapat didalam buku tersebut. Bukan karena tidak penting
atau tidak menarik namun font yang digunakan terlalu besar atau terlalu kecil.
Sehingga membuat mata menjadi bosan untuk melihatnya. Mahasiswa contohnya,
setiap hari harus melihat diktat-dikta tebal yang berisi tulisan-tulisan kecil
yang harus dipahami dalam beberapa hari saja. Dalam hal ini, mata memiliki
pengaruh penting. Jika tulisan terlalu kecil dan isi buku tebal maka mata akan
sangat lelah untuk fokus membaca tulisan tersebut. Apalagi bila pembaca
kehilangan kalimat yang baru saja dibacanya, maka si pembaca harus mencari
kalimat tersebut dan kehilangan kalimat akan terjadi berulang-ulang.
4.
Kurang
Inovasi
Banyak masyarakat sekarang lebih
suka membuka website daripada membaca buku. Ini disebabkan mereka tidak perlu
menyimpan buku-buku tebal yang nantinya butuh perawaan yang ekstra.
Remaja-remaja juga lebih suka menghafal lirik lagu daripada menghafal pelajran
mereka sendiri. Hal ini membuat saya mengambil kesimpulan bahwa pendidikan
harus mengalami inovasi. Pelajar tidak lagi harus membaca buku-buku yang “tidak
menarik” lagi. Dengan perkembangan teknologi pada saat ini harusnya mina baca
dapat ditumbuhkan dengan mudah. Mengenai hobi remaja yang suka mendengarkan
musik, hal ini bisa jadi sebuah terobosan dalam pembelajaran. Entah bagaimana
caranya, para peneliti dan pemerduli pendidikan pasti tahu, musik adalah cara
yang paling mudah untuk diingat manusia. Sehingga dengan menjadikan bahan
pembelajaran menjadi sebuah musik, maka pemahaman akan menjadi lebih mudah. Ini
memang terlihat seperti cara belajar anak TK, namun hal ini terlihat efektif
dengan adanya bukti bahwa banyaknya lagu yang dihafal oleh para remaja dan
anak-anak dibandingkan pelajaran mereka. Sehingga denga menjadikan bahan ajar
menjadi sebuah lagu yang tentunya harus menarik untuk didengar, dapat membantu
permasalahan pendidikan yang ada.
Sekian tulisan saya untuk kali ini,
jika ada kesalahan dalam memberikan kesimpulan saya mohon kritik dan sarannya.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Slam Membaca!!!
Komentar
Posting Komentar