New World, New Learn

Selamat datang di Pekanbaru. Kota besar yang penuh dengan segala aktifitasnya. Penuh dengan asap, kemacetan, kekacauan disana sini. Namun, disinilah aku berada saat ini, menuntut ilmu untuk meraih cita-citaku. Saat pertamaku disini cukup penuh kekacauan. Mulai dari kuliah, listrik, peraturan, makanan, hal-hal kecil yang sangat dibutuhkan. Tapi dibalik semua itu, disini juga terdapat tempat favoritku, Pustaka Wilayah. Tempat yang menjadi incaran semua orang yang haus akan ilmu, disana tempatnya sangat tenang dan aku sangat nyaman berada disana. Kembali dengan suasana Pekanbaru, dari seminggu yang lalu aku cukup dipusingkan dengan masalah kuliah. Sebagai mahasiswa baru tentu saja banyak kekacauan disana sini yang ku perbuat. Mulai dari pendaftaran ulang dengan berkas yang harus dilengkapi, bolak-balik kampus-kos, lalu acara pengenalan yang cukup panas, sampai hari ini dipusingkan dengan masalah KRS yang dimana masalahnya adalah kelas penuh. Wajar saja jika mata kuliah yang dipermasalahkan itu penuh, karena angkatan sebelumnya banyak memiliki nilai yang kurang baik, sehingga harus mengulang lagi. Imbasnya, mahasiswa baru kepenuhan tempat. Dasar-dasar logika, itulah mata kuliah yang kursinya diperebutkan. Cukup serius memang pelajaran itu jika dilihat dari judulnya dan memang itu pelajaran yang wajib diambil di HI. Mahasiswa baru yang bejumlah 228 orang tentu saja banyak mengeluh, berkomentar, tentang kepenuhan kelas itu. Senin besok agenda perkuliahan sudah dimulai, dan tentu saja kami tidak ingin nama kami tidak terdapat dalam absen. Belum lagi kami harus menemui PA untuk menyetujui agenda kami. KRS memang menjadi suatu hal yang penting bagi mahasiswa karna pada dasarnya perkuliahan ditentukan oleh KRS itu sendiri. Penyesuaian demi penyesuaian dilakukan dalam rangka mengikuti perkuliahan dengan nyaman. Misalnya saja jadwal yang berdempetan satu sama lain, seperti setelah pengantar IP langsung pengantar studi HAM di ruangan yang berbeda. Tentu saja mahasiswa harus mencari akal agar tidak terlambat dan disuruh keluar oleh dosen. 2 contoh pelajaran itu memang ada pada kenyataannya, disamping waktu yang berdempetan dengan ruang yang berbeda, masalah lain yaitu berhubungan dengan waktu shalat. Sebagai umat islam tentu saja mendahulukan shalat daripada belajar. Sementara tidak adanya jeda waktu diantara dua mata kuliah itu membuatku tentunya bingung setengah mati bagaimana cara mengatasinya. Karna jadwal selanjutnya tetap saja bentrok dengan waktu shalat. Ketika hal itu bisa diatasi dengan memilih kelas yang berisi 120 mahasiswa itupun menjadi masalah selanjutnya. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi menjadi ketakutan besar karna itu artinya kita tidak bisa mencerna ilmu dengan benar. Jadi, kuliah memang butuh trik dan strategi untuk menghadapinya. Masalh internal seperti mati lampu juga tak luput dari Pekanbaru. Disaat-saat genting seperti saat perebutan kelas atau tugas menumpuk, lampu malah mati. Mau tak mau kita harus bersabar menunggu listrik hidup kembali. Di kota yang terkenal dengan minyaknya ini, tentu saja memalukan jika setiap hari selalu saja terjadi kerjadian listrik padam. Apalagi Indonesia memiliki sumber daya besar, sehingga tidak perlu adanya pemadaman listrik yang merugikan banyak pihak. Pemerintah seharusnya memperhatikan hal-hal kecil seperti ini, agar tidak menjadi masalah yang semakin besar. Intinya hidup di tempat yang baru memang memberikan pelajaran baru, IKHLAS dan SABAR

Komentar